biasakno kulinakno pangucapmu podo karo karepe atimu.....ocreee......MERDEKAA..... kL!K h@m!hUd: Mei 2009

penampakan...

pesan

Menu

Mengenai Saya

Foto saya
AG Y, Easy Java, Indonesia
bagaimanakah menuju "kehidupan", lepas dari "kematian" ini

kLiK h@mihud

sugeng rawuh . . . .

Kamis, 21 Mei 2009

NoV3L

Luweh lengkapnyo >>

full paper

menawi kerso klik kemawon....
menawi donlot...log in rumiyen...
menawi dereng register...panjenengan sign up rumiyen . .. .
matur nuwun...
1. alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir di kotamadya Denpasar : Transplantasi karang
2. perikanan budidaya : sebuah model optimasi produksi perikanan nasional
3. status pemanfaatan sungai lempuing
Luweh lengkapnyo >>

tRenGGaLek BerTemAn Hati

Kabupaten Trenggalek
Pada prasasti Kamulan bertarikh 31 Agustus 1194, Trenggalek mempunyai makna terang ing galih (terang di hati). Namun, di masa Orde Baru nama tersebut dipelesetkan menjadi terang enggone wong elek (pasti tempatnya orang jelek). Artinya, Trenggalek merupakan tempat "pembuangan" aparat yang dinilai punya reputasi jelek. Sebutan ini muncul, mungkin karena dikaitkan dengan lambannya pelaksanaan pembangunan di kabupaten ini dibanding dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur. Baru sejak tahun 1998, pendapatan per kapita penduduk kabupaten ini menembus angka satu juta rupiah per tahun. Tahun 1999, misalnya, pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Trenggalek per tahun mencapai angka Rp 1,3 juta. Tetapi, angka itu pun masih di bawah rata-rata pendapatan per kapita Provinsi Jawa Timur yang besarnya Rp 3,9 juta per tahun. Selain itu, sampai tahun 1999, total kegiatan ekonomi di kabupaten ini masih di bawah satu trilyun rupiah. Jika dilihat dari kondisi geografis daerah ini, rendahnya angka pendapatan per kapita penduduknya mungkin dapat dimaklumi. Sebagian besar dari wilayah Trenggalek, (sekitar 70 persen) merupakan pegunungan berbukit dan berbatu dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Setiap tahunnya, daerah ini mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih. Pada tahun 1991 umpamanya, selama hampir sembilan bulan penduduk Trenggalek mengalami kekeringan. Dan, setiap kali musim kemarau tiba, lebih dari separuh lahan sawah tidak bisa digarap. Penduduk menjadi pengangguran dan sebagian pergi ke kota menjadi buruh kasar.
***
Walau sering mengalami kekeringan, ada juga yang dapat dibanggakan dari kabupaten ini. Trenggalek merupakan produsen cengkeh terbesar di Jawa Timur dan menjadi salah satu pemasok kebutuhan cengkeh bagi pabrik rokok di Jawa Timur, seperti Surabaya, Kediri, Malang, dan Tulungagung. Bahkan Trenggalek pernah meraih penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha dari Presiden Soeharto karena berhasil mengembangkan cengkeh. Sektor pertanian dengan tanaman cengkeh dan kelapa memang merupakan andalan kabupaten ini. Pada tahun 1999, sektor ini mampu menyumbang sekitar 35 persen dari total produk domestik regional bruto (PDRB) atau sekitar Rp 320,5 milyar. Cengkeh diperkenalkan di Trenggalek pada masa pemerintahan Bupati Soetran di awal tahun 1970-an dan mengalami booming pada tahun 1975-1990. Pada masa itu, luas areal cengkeh di Trenggalek mencapai sekitar 6.000 hektar dengan rata-rata produksi 4.000-5.000 ton per tahun. Sayangnya, sejak diberlakukannya Tata Niaga Cengkeh (TNC) di bawah Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh (BPPC) periode tahun 1991-1998, luas areal dan produksi cengkeh di kabupaten ini mengalami penurunan. Pada periode itu terjadi pembabatan besar-besaran pohon cengkeh akibat serangan penyakit bakteri pembuluh kayu cengkeh (BPKC) dan rendahnya harga pembelian cengkeh di tingkat petani, sehingga pasokan menurun. Setelah BPPC dihapus, tahun 1999 luas areal cengkeh tinggal 2.787 hektar dengan jumlah produksi 1.881 ton per tahun. Berkurangnya lahan cengkeh ini juga berimbas pada berkurangnya pendapatan penduduk, sehingga banyak yang beralih pada jenis pekerjaan lainnya. Namun demikian, dengan kondisi produksi yang menurun, Trenggalek tetap menjadi pemasok kebutuhan cengkeh terbesar di Jawa Timur. Selain cengkeh, Trenggalek juga menghasilkan kopi. Di Kecamatan Bendungan, misalnya, terdapat perkebunan kopi seluas 360 hektar peninggalan Belanda yang sudah beroperasi sejak tahun 1949. Namanya, Perkebunan Dillem Willis. Sejak tahun 1991, perkebunan di kaki Gunung Willis ini, dikelola oleh Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Pemda Sejahtera. Pada awalnya, perkebunan itu memang diperuntukkan bagi tanaman kopi saja. Namun, setelah tanaman kopi diremajakan, perkebunan itu juga dimanfaatkan untuk pengembangan cengkeh dan ternak sapi perah, di samping juga berpotensi untuk tanaman jeruk, jambu, jahe, apel, kubis, dan wortel. Dengan luas lahan 618 hektar, produksi kopi Trenggalek pada tahun 1999 mencapai 136 ton. Selain cengkeh dan kopi, Trenggalek juga terkenal dengan makanan gaplek. Produksi tanaman ubi kayu di wilayah itu cukup berlimpah. Hasil tanaman itu menjadi bahan makanan alternatif utama jika kemarau mendera. Untuk menggairahkan denyut perekonomian, daerah ini mulai mengembangkan alternatif tanaman perkebunan lainnya untuk tujuan ekspor seperti jamur, salak, durian, dan manggis.
***
Posisi Trenggalek, yang berada di Jawa Timur bagian selatan dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, ternyata juga menyimpan potensi wisata bahari bagi penduduk di sekitarnya. Sebagai daerah yang termasuk dalam deretan pantai pesisir selatan Jawa Timur, Pantai Prigi di kabupaten ini baru dimanfaatkan oleh penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan saja. Sayang, penangkapan ikan di pantai ini masih dilakukan secara sederhana, yaitu menggunakan jaring yang ditarik puluhan nelayan setelah dibenam selama berjam-jam. Sedangkan dalam hal pemasaran, sistem bagi hasil yang berlaku pun tidak menguntungkan nelayan, sehingga kehidupan nelayan tetap saja miskin. Untuk memacu pembangunan daerah, Trenggalek yang pada tahun 2001 ini memasuki usia ke-807, membutuhkan fasilitas pendukung air bersih, jalan, dan pelabuhan. Menurut rencana, pada tahun 2001, di Trenggalek tepatnya di Pantai Prigi, akan dibangun pelabuhan ekspor hasil perikanan Jawa Timur, dengan dukungan dana sekitar Rp 120 milyar yang diperoleh dari APBN. Pelabuhan ini diharapkan dapat membantu mengangkat potensi perikanan dan kehidupan nelayan miskin di sepanjang pantai selatan, tidak saja bagi nelayan Kabupaten Trenggalek.
Aksesibilitas
Kabupaten Trenggalek terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak pada koordinat 111o24’ hingga 11o11’ bujur timur dan 70o 63’ hingga 80o34’ lintang selatan. Secara administratif Kabupaten Trenggalek memiliki batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Tulungagung
Sebelah Barat : Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Timur : Kabupaten Tulungagung
Kabupaten Trenggalek mempunyai luas wilayah 126.140 ha terdiri dari 14 kecamatan dan 157 desa. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari tanah pegunungan dengan luas meliputi 2/3 bagian luas wilayah. Sedangkan sisanya (1/3) merupakan tanah dataran rendah. Ketinggian tanahnya diantara 0 hingga 825 meter dari permukaan laut. Lahan di Kabupaten Trenggalek sebagian besar adalah hutan negara yaitu 61.245 ha dan tanah kering seluas 46.943 ha sedangkan sisanya tanah sawah dan perkebunan, penggunaan tanah di Kabupaten Trenggalek dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Luas Lahan Menurut penggunaanya
No Penggunaan Luas (Ha)
1 Tanah Sawah 11.204
2. Tanah Kering 46.943
3. Hutan (Negara) 61.245
4. Perkebunan 3.079
5. Lain-lain 3.489
Jumlah 126.140
Seperti Kabupaten-kabupaten di Jawa Timur, kabupaten Trenggalek mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya yakni musim kemarau dan musim penghujan. Bulan September – April merupakan musim penghujan, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei – Agustus. Rata-rata hari hujan sebanyak 98 har/tahun dengan rata-rata curah hujan 25 mm.
Strategi dan program pembangunan pertanian Kabupaten Trenggalek. Sesuai pola dasar pembangunan, adanya kebijaksanaan tata ruang dimaksudkan untuk menjamin laju perkembangan dan pertumbuhan daerah, serta memelihara keseimbangan dan kesinambungan pelaksanaan secara menyeluruh terarah dan terpadu. Penyebaran kegiatan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Trenggalek dibagi menjadi 5 Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP) yaitu :
I. SSWP Koridor Utara, meliputi Kecamatan Trenggalek, Bendungan dan Tugu dengan Kota Trenggalek sebagai pusatnya. Kegiatan utamanya pada industri kecil dan kerajinan (makanan khas), perdagangan besar dan eceran, peternakan, perkebunan dan jasa transportasi
II. SSWP Koridor Selatan, meliputi Kecamatan Watulimo dan Munjungan dengan kota kecamatan Watulimo sebagai pusatnya. Arah kegiatan utama pada pariwisata, perikanan laut, perkebunan, industri pengolahan hasil laut, perdagangan, kehutanan dan jasa transportasi
III. SSWP Koridor Timur, meliputi Kecamatan Durenan, Podalan dan Gandusari dengan kota kecamatan durenan sebagai pusatnya. Arah kegiatan utama adalah industri peternakan (ayam buras, itik), pertanian, perkebunan, perdagangan dan perikanan darat (budidaya kolam).
IV. SSWP Koridor Tengah, meliputi kecamatan dongko, Kampak, Suruh dan Karangan dengan kota kecamatan Karangan sebagai pusatnya. Kegiatan utamanya adalah pertambangan, peternakan (kambing PE, sapi), perkebunan (kakao, cengkeh), pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian, hutan rakyat dan jasa (transportasi).
V. SSWP. Koridor Barat meliputi kecamatan Pule dan Panggul dengan kota kecamatan Panggul sebagai pusatnya. Kegiatan utamanya adalah perkebunan (cengkeh, empon-empon, kelapa), pertanian, pertambangan, perikanan laut dan hutan rakyat.
Luweh lengkapnyo >>